Senin, 14 April 2008

Meretas Infrastruktur di Provinsi Jambi

Jambi-Pembangunan infrastruktur, khususnya bidang jalan dan jembatan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian masyarakat Provinsi Jambi. Menembus sarana infrastruktr itu hingga ke pelosok desa, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Butuh kepedulian semua pihak guna mewujudkan sarana dan prasarana infrastruktur yang merupakan urat nadi perekonomian masyarakat. Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dibutuhkan penanganan serius dan optimal serta berkelanjutan.

Kini Pemerintah Provinsi Jambi melalui Sub Bidang Prasarana Wilayah dan Tata Ruang Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi berupaya membenahi kebutuhan infrastruktur, 2.387 ,08 Km jalan serta 12 jembatan hingga tahun 2008 mendatang.

Kepala Sub Bidang Prasarana Wilayah dan Tata Ruang Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, Ir Bernhard Panjaitan MM didampingi Kepala SNVT Subdin Praswil Provinsi Jambi Ir Erwin H Pakpahan MM, kepada penulis baru-baru ini mengatakan, Subdin Praswil dan Tata Ruang Provinsi Jambi merupakan salah satu Sub Dinas di Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi yang memiliki wewenang mengelola infrastruktur jalan dan jembatan.

“Sekitar 2.387, 08 Km yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 820,40 Km, Jalan nasional itu terdiri dari Lintas Timur Sumatera 210,24 Km, Lintas Tengah Smatera 244, 47 Km, Jalan Pengbung Lintas I sepanjang 239,28 Hm, jalan penghbung lintas II sepanjang 103,70 Km, jalan Kota Jambi 22,71 Km. Sedangkan jalan provinsi sepanjang 1.566,68 Km serta jembatan sebanyak 709 buah panjang 13.018,71 meter,”katanya.

Kondisi Jalan 2007

Sepanjang 38,00 Km dari total 820, 40 km ruas jalan Nasional di Provinsi Jambi mengalami rusak berat. Sementara sepanjang 140,71 Km jalan Nasional rusak ringan. Sedangkan rusak sedang 204,28 Km (24,90 persen) dan jalan kondisi baik 437,14 Km (53,31 persen).Dibutuhkan dana Rp1,5 triliun guna merehabilitasi seluruh jalan Nasional dan Provinsi yang rusak.

Kondisi jalan Provinsi sepanjang 1566,68 Km, 505,19 Km (37,07 persen) kondisinya baik, 424,00 Km (32,23 persen) kondisi sedang, 217,41 Km (10.26 persen) kondisinya rusak ringan dan 320,08 Km (20,44 persen) rusak berat.

Disebutkan, berdasarkan evaluasi tahun anggaran 2007, bidang prasarana jalan dan jembatan memperoleh alokasi dana sebesar Rp 422.916.000, yang terdiri dari sumber dana APBN Rp 210.039.420, sumber APBD Rp 212.517.496.000 dan BLN Rp 14.775.510.000.

Target penanganan secara umum kegiatan prasarana jalan dan jembatan, penanganan efektif (overlay) 918,56 km, penanganan fungsional (rutin maintenece) 2387,08 km, pemeliharaan jembatan 5930,40 meter, pembangunan jembatan 3059,59 meter. Sedangkan perencanaan dan pengawasan teknis jalan dan jembatan 2387,08 (pws) ditambah 1690 km dan 509 meter (prc).

“Alokasi dana APBN dan APBD yang telah dianggarkan sebesar Rp.412 miliar (28,07%). Kondisi itu menggambarkan ketidak seimbangan antara kebutuhan real dibandingkan dengan dana yang dialokasikan,”katanya.

Ruas jalan Nasional yang mengalami kerusakan itu terdapat pada ruas Lintas Timur, Penghubung Lintasa Muara Tembesi-Sarolangun, Lintas Tengah yakni batas Sumatera Barat-Muara Bungo, Bangko-Sarolangun-Batas Sumatera Selatan.

Sementara ruas jalan Provinsi yang rusak terdapat pada Simpang Pulau Rengas-Jangkat, batas Kerinci-Sanggaran Agung-Sungai Penuh batas Sumatera Barat/Tapan, Simpang Pelelawan-Sei Salak Batang Asai/Pekan Gedang-Muara Talang, Simpang Penerokan Sungai Bahar-Durian Luncuk, merlung-Simpang Niam Lubuk Kambing.

Ir Bernhard Panjaitan MM lebih jauh menerangkan, penyelesaian jalan diprioritaskan pada lintas Timur Sumatera. Usulan dana Tahun Anggaran 2007 untuk penanganan jalan dan jembatan Nasional sebesar Rp.700 miliar.

Sementara dana yang disetujui hanya Rp.210 miliar atau hanya 28,60%. Sedangkan usulan APBN-perubahan 2007 sebesar Rp75 miliar untuk menangani ruas jalan Lintas Timur Sumatera dan sebagian lagi lintas jalan penghubung antar kabupaten.

“Sedangkan ruas jalan lintas tengah dan penghubung lintas diprogramkan penyelesaiannya tahun anggaran 2008 dan 2009. Sepanjang 322,84 Km dari 1.566,68 Km jalan Provinsi rusak berat. Sedangkan 283,46 Km rusak ringan,” ujar pria kelahiran Narmonda, Tapanuli, Sumut 1 Januari 1959 ini.

“Dalam rangka pengembangan wilayah yang mengacu pada nilai tambah di sektor perekonomian, Pemerintah Provinsi Jambi berupaya untuk pembangunan jalan strategis. Seperti memperpendek jarak dan waktu tempuh dari Kabupaten Kerinci ke Pelabuhan Samudera Muarosabak, dari 414,90 km (12 jam) menjadi 329, 10 km (8 jam). Dibutuhkan dana sebesar Rp 1,1 triliun.

Program itu meliputi rehabilitasi, menata ulang ruas jalan Bangko-Sungai Penuh dan rencana pembangunan ruas jalan baru Muara Tembesi-Bangko. Selain itu, juga merencanakan pembangunan jalan layang (Flay Over) di Kota Jambi yaitu mengantisipasi semakin padatnya arus lalu lintas terutama pada ruas jalan Slamet Riyadi-Sultan Thaha.

Mulus

Menghadapi hari raya Idul Fitri 1428 H tahun 2007 dan arus balik, Subdin Praswil Provinsi Jambi sudah berhasil mengatasi sebagian besar arus mudik dengan memantapkan jalan. Kondisis jalan di jalur Provinsi Jambi kondisinya baik untuk dilalui para pemudik saat itu.

Menurut Ir Bernhard Panjaitan didampingi Erwin Pakpahan, arus mudik yang melintasi Provinsi Jambi terdapat pada lintas timur sepanjang 209,13 kilometer (km), lintas tengah 246,59 km, jalur penghubung lintas 436,21 km dan jalan penting lainnya sepanjang 396,14 km.

Disebutkan, jalan lintas timur (Jalintim) Sumatera merupakan jalur mudik yang menghubungkan antar Batas Sumatera Selatan (Sumsel) melalui Jambi menuju batas Provinsi Riau dengan panjang 210,20 km, lebar jalan antara 6 (enam) hingga 7 (tujuh) meter. Secara umum kondisi jalan baiak dengan jarak tempuh empat jam 30 menit.

“Jalan lintas Timur terbagi menjadi 3 (tiga), yakni ruas jalan Batas Sumsel-Tempino-Paal Sepuluh (Simpang Kenali Atas)-Batas Jambi sepanjang 34,57 km dalam kondisi baik dengan kecemapatan rata-rata pengendara 45 km per jam. Kemudian ruas jalan Jambi (Simpang Rimbo)-Mendalo Darat-Batas merlung, kondisinya juga baik dan kecemapan rata-rata 50 km per jam,”katanya.

Selain itu, jalur Lintas Timur juga meliputi ruas jalan Merlung-Batas Riau kondisinya sudah baik. Pada jalur itu terdapat 15 gorong-gorong, 12 diantaranya sudah diselesaikan dengan kontruksi Bok Culvert. Sedangkan sisanya akan diperbaiki usai lebaran.

Menurut Bernhard, dijalur Jalintim Sumatera juga terdapat daerah rawan longsor dan jalan amblas. Seperti di titik km 130+645, km 176+420 dan km 181+250, di daerah Bikit merdeka desa Suban Merlung perbatasan Riau. Titik ini beberapa bulan lalu longos dan kini kondisinya cukup baik. Pemudik dihimbau berhati-hati pada jalur tersebut karena banyak tikungan tajam.

Kemudian jalur lintas tengah yang menghubungkan jalur Lubuk Linggau (Sumsel)-sarolangun-Pamenang-Bangko-Muaro Bungo-Batas Sumatera Barat dengan panjang 237,47 km lebar 6 (enam) meter kondisinya juga baik. Jarak tempuh dijalur itu 5 (lima) jam 25 menit. Jalur ini merupakan jalur pertumbuhan ekonomi dan dilalui kenderaan-kenderaan besar serta bus-bus menuju Sumatera Barat dan sebaliknya.

“Jalur ketiga yakni jalur penghubung antar lintas tengah dan lintas timur di Provinsi Ja mempunyai 2 (dua) ruas jalan yakni Jalan Jambi-Muara Tembesi-Muata Tebo-Muara (penghubung lintas satu) dengan panjang 239,28 km dengan lebar rata-rata 6 (enam) ,”kata pencipta lagu “Holong” ini.
Pada jalur ini kondisi jalan baik dengan jarak tempuh lima jam. Jalur ini juga merupakan jalur ekonomi yang sering dilalui kenderaan truk dari Sumatera Barat ke Jambi dan sebaliknya. Sedangkan jalan penghubung dua yakni Sarolangun-Tembesi mencapai 103, 70 km dengan lebar 6 (enam) meter.

“Jalan ini dibagi menjadi tiga ruas yaitu Ma Tembesi-Batas Sarko sepanjang 37,81 km, Batas Sarko-Pauh 40, 39 km dan Pauh-Sarolangun sepanjang 25,50 km. Secara keselurhan jarak tempuh dua jam 55 menit,’katanya. (Lee)

Kimpraswil Bangun Jalan Baru 329, 10 Kilometer Tahun 2008

Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi tahun 2008 berencana membangun jalan baru 329,10 kilometer di tiga wilayah dalam Provinsi Jambi. Pembangunan tiga jalur baru itu merupakan jalan trasportasi produksi ke sentra-sentra pertanian dan ekonomi masyarakat. Dibutuhkan dana sekitar Rp 800 milyar membangun jalan tersebut.

Kasubdin Prasarana Wilayah dan Tata Ruang Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi Ir Bernhard Panjaitan MM, didampingi Kepala SNVT Subdin Praswil Provinsi Jambi Ir Erwin H Pakpahan MM mengatakan, pembangunan jalan baru itu meliputi ruas Jalan Sungai Penuh-Bangko sepanjang 155,30 kilometer, Jalan Bangko-Muara Tembesi sepanjang 112 kilometer dan jalan terusan Jembatan Batanghari II-Pelabuhan Muarosabak 61.80 kilometer.

Disebutkan, 2008-2009 telah disetujui peningkatan jalan Simpang Tuan Batas Tanjung Jabung Timur dari lebar 6 meter menjadi tujuh meter sepanjang kurang lebih 75 kilo meter. Dana pembangunannya bersumber dari APBN 2008 Rp 159 milyar. Sementara pembangunan jalan dari Jembatan Batanghari II ke Muarosabak dibutuhkan dana kurang lebih Rp 190 milyar.

Kemudian peningkatan jalan sepanjang 31 Km ke Muarosabak dari jembatan Batanghari II. Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi mengucapkan terimakasih atas dukungan Departemen Pekerjaan Umum Pusat dalam mendukung pendanaan jalan di Provinsi Jambi. Khusus untuk jalan Muarosabak-Batanghari II, pusat telah mengalokasikan dana Rp 7 milyar.

Proposal perencanaan tiga jalur baru tersebut sudah dibuatkan oleh Kimpraswil Provinsi Jambi berikut design jalan. Selain titik jalan diatas, program Pemerintah Provinsi Jambi juga merencanakan peningkatan jalan Bangko-Sei Penuh-Batas Sumatera Barat/Tapan. Jalur baru itu guna memperpendek dan mempersingkat jarak tempuh dari Sungai Penuh (Kabupaten Kerinci) ke Pelabuhan laut Muarasabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Menurut Bernhard Panjaitan, dengan adanya program itu, diharapkan jarak tempuh Sungai Penuh-Muarosabak yang semula berjarak 548,03 kilometer (12 jam perjalanan) akan menjadi 414,15 kilometer (8 jam perjalanan).

Dengan penghematan waktu tempuh itu, diharapkan sumber alam berupa hasil perkebunan, pertanian, perikanan dan pertambangan dalam Provinsi Jambi diekspor melalui Pelabuhan Muarosabak. Selama ini sumber daya alam Provinsi Jambi diangkut melalui Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat. Muarosabak dekat dengan Singapur, Malaysia melalui Batam.

Bernhard menambahkan, program pembukaan jalan baru itu juga membuka kawasan-kawasan potensi sumber daya alam serta membuka akses daerah terisolir. Sehingga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian daerah.

Ruas jalan Bangko-sei Penuh Batas Sumatera Barat/Tapan terletak di daerah pegunungan dengan kondisi curah hujan tinggi. Sehingga tingkat kesulitan dalam penanganan cukup tinggi karena segmen rawan longsor. Untuk penanganan sepanjang 192,53 kilometer itu dibuthkan biaya sebesar Rp 562.978.500.000.

Disebutkan, peningkatan atau rekontruksi ruas jalan Sungai Penuh-Batas Sumbar/Tapan diharapkan dapat memperlancar mobilitas orang/barang dari Provinsi Jambi ke Sumatera Barat.

Kemudian pembangunan jalan dari Jembatan Batanghari II menuju Pelabuhan Muarasabak sepanjang 61,80 kilometer dengan 10 unit jembatan 298 meter membuthkan biaya sebesar Rp 327.275.000.000. Saat ini telah dimulai tahap kontruksi.

“Hasil yang diharapkan peningkatan jalan itu yakni jarak tempuh dari Kota Jambi ke Muarasabak yang semula 123 kilometer dapat diperpendek menjadi 61,80 kilometer atau satu jam perjalanan. (Lee)

Tidak ada komentar: